Silahkan mampir juga ke situs cara cepat hamil . Hatur nuhun anda sudah mengunjungi Ini Saran Sacchi kepada Juve untuk Hentikan Messi dan Barca
Turin - Keberhasilan Juventus ke final Liga Champions membuat pelatih legendaris Italia, Arrigo Sacchi, antusias. Dia lantas memberikan masukan terkait cara menghentikan Lionel Messi dan Barcelona yang jadi lawan.
Juve berhasil menginjak final Liga Champions usai menyingkirkan juara bertahan Real Madrid. Ini jadi final pertama Juve sejak 2003 lalu, di mana saat itu dikalahkan AC Milan.
Keberhasilan Juve ini disambut antusias Sacchi. Dia berharap anak asuh Massimiliano Allegri bisa mengatasi Barca dan meraih gelar juara, demi mengangkat nama sepakbola Italia.
"Saya harap Juventus memenangi Liga Champions, tapi melakukannya dengan mengambil inisiatif permainan," ujar pria yang sukses bersama AC Milan itu kepada Tuttosport dikutip Football Italia.
Bagaimanapun, mimpi 'Si Nyonya Besar' menjuarai Liga Champions tak akan mudah diwujudkan. Barca adalah lawan yang sangat berpengalaman di turnamen tersebut. Dalam satu dekade terakhir, mereka sudah juara dalam tiga kesempatan. Skuat Blaugrana saat ini pun masih diisi para pemain yang memenangi dua gelar terakhir yakni pada musim 2008/2009 dan 2010/2011.
Sebaliknya, Juve malah tak cukup apik dalam sepuluh tahun terakhir. Sebelum berhasil ke final musim ini, mereka sebelumnya cuma mentok di babak perempatfinal dalam tiga kesempatan.
Salah satu tantangan terbesar Juve adalah menghentikan Messi yang jadi titik pusat serangan Barca. Dengan menghentikan penyerang internasional Argentina itu, setidaknya Bianconeri bisa banyak mengurangi potensi ancaman dari anak-anak Catalan. Tapi itupun tak akan mudah, pilihannya antara menugaskan satu pemain untuk mengawalnya ke manapun atau bertahan secara rapat demi meminimalisir ruang barca.
Bagi Sacchi, opsi kedua adalah pilihan terbaik. Dia menilai bertahan secara kolektif adalah cara tepat untuk menghentikan Messi, tapi dengan syarat Juve banyak-banyak melatih pergerakan secara tim. Dengan begitu, kesalahan juga bisa diminimalisir.
"Ketika saya ditanyai apakah Messi akan menentukan laga tersebut, saya menjawab 'tergantung'. Itu tergantung apakah rekan-rekan setimnya bisa mengirim bola untuknya," katanya.
"Anda tidak sepatutnya berkata soal siapa yang akan menjaga Messi, karena dia di atas sistem atau formasi. Jika Anda mengirim seseorang untuk menjaganya, dia masih akan lebih baik dari yang menjaga dan Anda sudah kehilangan satu pemain (hanya untuk menjaganya)."
"Anda seharusnya selalu berpikir bermain sebagai sebuah tim, bukan bermain melawan sebuah individu. Dengan cara yang sama maka Anda bermain dengan sebuah tim, bukan dengan individu," sambung Sacchi.
"Jadi bagaimana Anda bisa menghentikan Barcelona? Pertama, meminimalisir kesalahan sesedikit mungkin dan kemudian dengan kekuatan permainan kolektif, dengan organisasi."
"Sebelum pertandingan di level ini, tapi sesungguhnya sebelum setiap pertandingan, Anda harus melatih berulang-ulang setiap pergerakan di latihan. Jadi ketika di lapangan, setiap pemain sudah tahu apa yang akan terjadi dan setelah itu apa yang harus dia lakukan," tandasnya.
Sacchi sendiri dikenal sebagai pelatih yang mengedepankan kolektivitas tim. Salah satu metodenya yang terkenal adalah permainan bayangan. Dia akan meminta para pemain memainkan satu pertandingan tapi dengan bola imajiner. Sacchi lantas akan memberi tahu di mana posisi bola dan para pemain akan merespons dengan langsung bergerak ke posisi yang diharapkan.
Dengan metode itulah, Sacchi bersama Milan sukses memenangi satu scudetto dan dua gelar Liga Champions (masih disebut Piala Champions) secara beruntun pada 1988/1989 dan 1989/1990. Sejak saat itu, tak ada lagi yang bisa memenangi Liga Champions dua kali secara berurutan. Beberapa gelar lainnya adalah Piala Super Italia, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental (sebelum berubah menjadi Piala Dunia Antarklub).
sumber berita Ini Saran Sacchi kepada Juve untuk Hentikan Messi dan Barca : detik.com
Juve berhasil menginjak final Liga Champions usai menyingkirkan juara bertahan Real Madrid. Ini jadi final pertama Juve sejak 2003 lalu, di mana saat itu dikalahkan AC Milan.
Keberhasilan Juve ini disambut antusias Sacchi. Dia berharap anak asuh Massimiliano Allegri bisa mengatasi Barca dan meraih gelar juara, demi mengangkat nama sepakbola Italia.
"Saya harap Juventus memenangi Liga Champions, tapi melakukannya dengan mengambil inisiatif permainan," ujar pria yang sukses bersama AC Milan itu kepada Tuttosport dikutip Football Italia.
Bagaimanapun, mimpi 'Si Nyonya Besar' menjuarai Liga Champions tak akan mudah diwujudkan. Barca adalah lawan yang sangat berpengalaman di turnamen tersebut. Dalam satu dekade terakhir, mereka sudah juara dalam tiga kesempatan. Skuat Blaugrana saat ini pun masih diisi para pemain yang memenangi dua gelar terakhir yakni pada musim 2008/2009 dan 2010/2011.
Sebaliknya, Juve malah tak cukup apik dalam sepuluh tahun terakhir. Sebelum berhasil ke final musim ini, mereka sebelumnya cuma mentok di babak perempatfinal dalam tiga kesempatan.
Salah satu tantangan terbesar Juve adalah menghentikan Messi yang jadi titik pusat serangan Barca. Dengan menghentikan penyerang internasional Argentina itu, setidaknya Bianconeri bisa banyak mengurangi potensi ancaman dari anak-anak Catalan. Tapi itupun tak akan mudah, pilihannya antara menugaskan satu pemain untuk mengawalnya ke manapun atau bertahan secara rapat demi meminimalisir ruang barca.
Bagi Sacchi, opsi kedua adalah pilihan terbaik. Dia menilai bertahan secara kolektif adalah cara tepat untuk menghentikan Messi, tapi dengan syarat Juve banyak-banyak melatih pergerakan secara tim. Dengan begitu, kesalahan juga bisa diminimalisir.
"Ketika saya ditanyai apakah Messi akan menentukan laga tersebut, saya menjawab 'tergantung'. Itu tergantung apakah rekan-rekan setimnya bisa mengirim bola untuknya," katanya.
"Anda tidak sepatutnya berkata soal siapa yang akan menjaga Messi, karena dia di atas sistem atau formasi. Jika Anda mengirim seseorang untuk menjaganya, dia masih akan lebih baik dari yang menjaga dan Anda sudah kehilangan satu pemain (hanya untuk menjaganya)."
"Anda seharusnya selalu berpikir bermain sebagai sebuah tim, bukan bermain melawan sebuah individu. Dengan cara yang sama maka Anda bermain dengan sebuah tim, bukan dengan individu," sambung Sacchi.
"Jadi bagaimana Anda bisa menghentikan Barcelona? Pertama, meminimalisir kesalahan sesedikit mungkin dan kemudian dengan kekuatan permainan kolektif, dengan organisasi."
"Sebelum pertandingan di level ini, tapi sesungguhnya sebelum setiap pertandingan, Anda harus melatih berulang-ulang setiap pergerakan di latihan. Jadi ketika di lapangan, setiap pemain sudah tahu apa yang akan terjadi dan setelah itu apa yang harus dia lakukan," tandasnya.
Sacchi sendiri dikenal sebagai pelatih yang mengedepankan kolektivitas tim. Salah satu metodenya yang terkenal adalah permainan bayangan. Dia akan meminta para pemain memainkan satu pertandingan tapi dengan bola imajiner. Sacchi lantas akan memberi tahu di mana posisi bola dan para pemain akan merespons dengan langsung bergerak ke posisi yang diharapkan.
Dengan metode itulah, Sacchi bersama Milan sukses memenangi satu scudetto dan dua gelar Liga Champions (masih disebut Piala Champions) secara beruntun pada 1988/1989 dan 1989/1990. Sejak saat itu, tak ada lagi yang bisa memenangi Liga Champions dua kali secara berurutan. Beberapa gelar lainnya adalah Piala Super Italia, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental (sebelum berubah menjadi Piala Dunia Antarklub).
No comments:
Post a Comment